Ekonom Peter Schiff, yang terkenal karena kecerdasannya dan dikenal tidak berbasa-basi, sekali lagi menimbulkan guncangan di sektor keuangan. Dalam wawancara baru-baru ini di First TV I'm Right bersama Jesse Kelly, Schiff, penulis buku terlaris dan kepala ekonom Europac, menyampaikan ramalan buruk mengenai perekonomian AS – permulaan Depresi Hebat yang baru, yang ia perkirakan bisa terjadi. melampaui parahnya krisis tahun 1930an.

Badai ekonomi yang membayangi

Menurut Schiff, Amerika Serikat sedang menghadapi bencana ekonomi yang dipicu oleh roda inflasi dan meningkatnya utang negara. Ia berpendapat bahwa metode penanganan inflasi yang ada saat ini – yaitu menaikkan suku bunga – tidak cukup dan berkontribusi terhadap siklus inflasi.

“Suku bunga adalah harga. Itu adalah harga yang Anda bayar saat meminjam uang. Harganya naik, sama seperti harga lainnya. Faktanya, beban bunga adalah bagian utama dari setiap bisnis. … Saat minat meningkat, itu hanyalah biaya lain yang harus Anda tanggung kepada pelanggan Anda melalui harga yang lebih tinggi. Jadi, ini adalah spiral yang terus berlanjut,” jelas Schiff.

Meskipun banyak orang mungkin merasa terhibur dengan sedikit penurunan Indeks Harga Konsumen (CPI) menjadi 4,9% pada bulan April, Schiff sangat vokal mengenai kelemahan CPI. Ia berpendapat bahwa CPI dirancang untuk menutupi realitas inflasi, dan mengisyaratkan bahwa tingkat inflasi sebenarnya bisa mencapai 9,8%.

Menurut Schiff, kunci untuk memutus siklus inflasi terletak pada pembatasan pengeluaran pemerintah, sebuah gagasan yang saat ini bertentangan dengan kebijakan fiskal pemerintahan Biden.

Krisis yang lebih buruk dari Depresi Hebat?

Prediksi Schiff mengenai Depresi Besar yang baru mempunyai bentuk yang berbeda dengan prediksi yang dialami pada tahun 1930an. Dia yakin krisis ekonomi kali ini tidak akan memberikan solusi terhadap jatuhnya harga-harga seperti yang terjadi pada masa depresi tahun 1930-an.

“Ini mungkin akan menjadi lebih buruk. Depresi ini berbeda dengan depresi pada tahun 1930an, dimana masyarakat setidaknya mendapat manfaat dari jatuhnya harga yang memberikan sedikit keringanan. Kali ini, bahkan orang-orang yang tidak kehilangan pekerjaan pun akan menderita karena mereka akan kehilangan nilai gaji mereka,” Schiff memperingatkan.

Ekonom tersebut menunjuk pada krisis utang dan mata uang negara yang akan terjadi sebagai pemicu bencana yang akan datang. Ia mengungkapkan kekhawatirannya atas meningkatnya keinginan untuk menaikkan plafon utang, dan menyebutnya sebagai pengalihan dari permasalahan sebenarnya – yaitu utang itu sendiri.

Menurut pandangan Schiff, krisis yang akan datang ini dapat berdampak signifikan terhadap standar hidup rata-rata orang Amerika. Jika kepercayaan global terhadap dolar AS berkurang, harga barang dan pinjaman bisa meroket, sehingga menyebabkan keruntuhan perekonomian.

Menurut Schiff, jalan menuju pemulihan ekonomi memerlukan pendekatan proaktif dan realistis terhadap situasi perekonomian saat ini. Apakah prediksinya menjadi kenyataan atau menjadi peringatan mengerikan yang mendorong tindakan, masih harus dilihat. Apa pun kasusnya, perkiraan Schiff memerlukan pertimbangan dan perdebatan yang cermat dalam koridor kebijakan ekonomi.