Pertemuan Federal Reserve baru-baru ini membuat pasar cukup bergejolak. Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin. Mereka juga memperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 100 basis poin lagi tahun ini dan 100 basis poin lagi tahun depan mungkin turun menjadi 3,4%. Apa maksudnya di balik ini? Mari kita ngobrol dengan baik.
Pertama, tidak semua orang setuju dengan penurunan suku bunga ini. Gubernur Bowman memberikan suara menentangnya dan mengatakan bahwa pemotongan sebesar 25 basis poin sudah cukup. Ini adalah pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun terjadi perbedaan pendapat. The Fed menyebutkan dalam pernyataannya bahwa pertumbuhan lapangan kerja telah melambat dan risiko inflasi mulai seimbang, yang menunjukkan bahwa mereka telah mengevaluasi kembali situasi ekonomi.
Melihat data tersebut, Federal Reserve memperkirakan suku bunga akan turun menjadi 4,4% pada akhir tahun ini dan menjadi 3,4% pada tahun depan. Tingkat pengangguran kemungkinan akan meningkat, mencapai 4,4% pada akhir tahun. Sedangkan untuk inflasi diharapkan kembali ke 2,3%. Powell juga menegaskan, penurunan suku bunga kali ini bukan karena adanya masalah besar pada perekonomian, melainkan untuk “menyesuaikan kembali” kebijakan agar bisa beradaptasi dengan kondisi perekonomian saat ini.
Mari kita bicara tentang Bank of Japan. Situasinya juga cukup rumit. Meskipun sebagian besar orang tidak memperkirakan akan menaikkan suku bunga tinggi-tinggi, kenaikan upah di Jepang baru-baru ini mungkin memberikan dukungan bagi kenaikan suku bunga di masa depan. Namun, investor tidak bisa menganggap enteng hal ini. Perekonomian Jepang telah berusaha menemukan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan inflasi, yang mungkin membawa beberapa fluktuasi pada pasar di masa depan.
Sedangkan untuk saham AS, laporan terbaru dari JPMorgan Chase menunjukkan bahwa pengembalian tahunan S&P 500 dalam sepuluh tahun ke depan mungkin hanya 5,7%, jauh lebih rendah dari rata-rata historis. Alasan utamanya adalah valuasi pasar saham saat ini terlalu tinggi. Ditambah dengan faktor-faktor seperti masalah penuaan, fluktuasi ekonomi, risiko geopolitik dan de-dolarisasi, faktor-faktor ini akan membawa tantangan bagi pasar di masa depan. Selain itu, peningkatan penerbitan obligasi Treasury juga dapat meningkatkan imbal hasil dan menekan valuasi saham.
Namun meskipun terdapat banyak tantangan di masa depan, kemajuan teknologi, terutama pengembangan kecerdasan buatan, dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan secara signifikan, sehingga berdampak baik bagi keuntungan pasar di masa depan. Oleh karena itu, investor sebaiknya tidak hanya fokus pada valuasi tinggi saat ini, tetapi juga melihat potensi faktor positifnya.
Secara umum, pasar masa depan penuh dengan ketidakpastian. Setiap orang harus tetap waspada dan memiliki ekspektasi yang wajar terhadap imbal hasil saham AS.Perhatikan tren kebijakan Federal Reserve dan Bank of Japan