Kindlys

                                         

1.     Kecepatan dan Efisiensi Transaksi

Rata-rata waktu transaksi XRP adalah 3–5 detik, jauh lebih cepat dibandingkan Bitcoin (sekitar 10 menit) dan Ethereum (sekitar 15 detik), hal ini yang membuat XRP sangat ideal untuk transfer lintas negara (cross-border payment) yang instan dan murah.

2.     Kemitraan Global dengan Lembaga Keuangan

Ripple (perusahaan di balik XRP) telah bermitra dengan lebih dari 300 lembaga keuangan di lebih dari 40 negara, termasuk Standard Chartered, Santander, SBI Holdings (Jepang), dan PNC Bank (AS). hal ini menunjukkan tingkat adopsi institusional yang tinggi dan kepercayaan dari sektor keuangan formal.

3.     Biaya Transaksi Rendah

Biaya transaksi XRP rata-rata hanya sekitar 0,00001 XRP per transaksi, bahkan saat jaringan padat, hal ini menjadi solusi hemat biaya untuk remittance (pengiriman uang) lintas negara,

4.     RippleNet & ODL (On-Demand Liquidity)

Ripple menggunakan XRP sebagai jembatan likuiditas dalam solusi ODL, menggantikan kebutuhan pre-funding mata uang lokal di bank koresponden,sehingga mengurangi risiko nilai tukar dan meningkatkan efisiensi arus kas internasional.

5.     Desain Teknologi: XRP Ledger

XRP tidak menggunakan Proof of Work (PoW) melainkan konsensus protokol sendiri yang lebih hemat energi dan lebih cepat, lebih ramah lingkungan dan tahan terhadap sentimen negatif soal jejak karbon.

6.     Potensi Kepatuhan Regulasi

 Ripple sedang menjalani proses hukum dengan SEC (AS), namun beberapa hasil sidang menunjukkan bahwa XRP bukanlah sekuritas untuk pasar sekunder,jika keputusan akhir menguntungkan, XRP akan menjadi satu dari sedikit aset kripto yang jelas status hukumnya, meningkatkan kepercayaan investor.

 

 

 

 

1. Ketergantungan pada Perusahaan Ripple Labs

XRP sangat bergantung pada kinerja dan strategi bisnis Ripple Labs, perusahaan swasta yang mengembangkan ekosistem XRP, Jika Ripple mengalami kendala hukum atau finansial, harga dan keberlangsungan XRP ikut terdampak, dan Ripple menguasai sekitar 42 miliar XRP dari total suplai 100 miliar, yang sebagian disimpan dalam escrow.

2. Masalah Hukum dengan SEC (AS)

SEC (Komisi Sekuritas AS) menggugat Ripple pada akhir 2020 karena menjual XRP sebagai "sekuritas yang tidak terdaftar".

Ketidakpastian regulasi menahan banyak investor institusional dan bursa dari bertransaksi XRP,meskipun pengadilan Juli 2023 menyatakan bahwa XRP bukan sekuritas saat diperdagangkan di pasar sekunder, kasus ini belum selesai secara final (masih proses banding).

3. Sentralisasi

Meskipun XRP Ledger bersifat open-source, mayoritas validator jaringan dikelola atau disetujui Ripple.

XRP dinilai kurang desentralisasi dibanding Bitcoin atau Ethereum, yang dapat menimbulkan kekhawatiran dari komunitas kripto dan pemerhati kebebasan teknologi,keputusan jaringan bisa dianggap tidak netral karena pengaruh Ripple terlalu besar.

4. Volatilitas Harga

Seperti aset kripto lainnya, harga XRP sangat volatil dan bisa berubah drastis dalam waktu singkat.

-       Tidak cocok untuk digunakan sebagai alat pembayaran utama, kecuali ada sistem stabilisasi (misal konversi real-time).

-       Menimbulkan risiko keuangan bagi institusi yang menggunakan XRP untuk likuiditas,contoh: harga XRP naik dari $3,4 (Jan 2025) ke $2,2 (Feb 2025), lalu turun kembali ke $1,9 (Maret 2025).

5. Adopsi Terbatas untuk Tujuan Non-Banking

-       XRP lebih banyak digunakan oleh institusi keuangan. Penggunaannya dalam sektor ritel, e-commerce, dan smart contract tidak sekuat Ethereum.

-       Kurangnya ekosistem dApps membuat XRP kurang fleksibel untuk pengembangan inovasi di luar sistem pembayaran.

-       Tidak menarik bagi developer atau sektor kreatif berbasis blockchain.

 

6. Pasokan Tetap dan Potensi Tekanan Jual

-       Total suplai XRP adalah 100 miliar, dan tidak bisa ditambang (non-mineable).

-       Suplai tetap membuat XRP rentan terhadap tekanan jual dari escrow atau pemegang besar (whales).

-       Ripple merilis 1 miliar XRP setiap bulan dari escrow, walau tak selalu digunakan seluruhnya.