Meskipun yen melonjak, pasar saham Jepang terus melemah. Alasan di balik "divergensi" ini perlu dikaji secara mendalam. Kebijaksanaan konvensional menyatakan bahwa kenaikan yen akan membuat aset yen Jepang lebih menarik, namun hal ini tidak terjadi.
Untuk memahami hal ini, kita perlu melihat kembali konteks depresiasi yen dan lonjakan pasar saham Jepang. Sejak tahun 2021, gelombang pasar ini bukanlah sekadar "pasar bull depresiasi", namun didorong oleh perilaku arbitrase. Ambil contoh Buffett. Dia meminjam yen berbunga rendah pada hari-hari awal depresiasi yen dan berinvestasi di pasar saham Jepang untuk mendapatkan keuntungan. Logika operasinya jelas: dapatkan keuntungan bebas risiko dengan bertaruh pada tren depresiasi yen, memanfaatkan lingkungan suku bunga rendah di Jepang, dan mendapat keuntungan dari kenaikan pasar saham. Namun seiring dengan perubahan kondisi pasar, mekanisme arbitrase ini menjadi tidak seimbang sehingga menyebabkan pasar saham Jepang anjlok dan yen menunjukkan tren baru.
Dalam situasi saat ini, interaksi kompleks ini mendefinisikan ulang hubungan antara yen dan ekuitas Jepang.