Trump dan Musk saling menyerang dalam sebuah perpecahan yang mencolok
Hubungan antara Donald Trump dan Elon Musk — yang pernah menjadi aliansi strategis — meledak secara publik pada hari Kamis (5), setelah presiden Amerika mengungkapkan bahwa ia "kecewa dengan Elon" karena oposisi terhadap undang-undang pajak kontroversial yang diajukan oleh Gedung Putih.
Teks tersebut, yang mengusulkan penghapusan total pajak atas tip, dikritik oleh Musk sebagai "populisme murah" dan "tidak berkelanjutan dari sudut pandang fiskal". Kritik tersebut, yang dibuat di platform X (mantan Twitter), terdengar seperti pengkhianatan di dalam kalangan konservatif, menghidupkan kembali ketegangan antara dua miliarder paling kuat dalam politik dan teknologi global.
Trump memberi tanggapan setimpal: "Saya kecewa dengan Elon. Ia seharusnya berterima kasih atas semua yang saya lakukan untuk sektornya. Saya tidak pernah sepenuhnya mempercayainya." Presiden juga menyiratkan bahwa Musk berperilaku "seperti seorang demokrat yang menyamar".
Tanggapan Elon Musk tidak lama datang. Dengan gaya langsung dan provokatif, ia menembak di media sosial yang sama: "Tanpa saya, Trump akan kalah dalam pemilihan." Kalimat tersebut menjadi viral, mengumpulkan jutaan interaksi dan memberi makan teori tentang campur tangan digital dan manipulasi algoritma pada 2020 dan 2024 — sesuatu yang sudah disarankan oleh Trump sendiri di belakang layar.
Pertikaian ini mengungkapkan perpecahan di dalam inti keras trumpisme 2.0, di mana Musk, hingga baru-baru ini, memegang peran simbolis sebagai penasihat informal pemerintah, terutama setelah keluarnya dari jabatan Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE), yang dibuat khusus untuknya.